MEDIA KAILI – Di tengah maraknya arus budaya global dan modernisasi, sebuah sanggar tari lahir dengan semangat melestarikan dan mengembangkan budaya lokal Sulawesi Tengah. Sanggar Tari Noeda, yang berdiri pada 21 Oktober 2023, menjadi ruang alternatif bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan menghidupkan kembali warisan gerak tubuh tradisional dalam seni tari.
Digagas oleh Mohammad Annas, Sanggar Tari Noeda didirikan oleh empat sosok penggerak seni yakni Mohammad Annas, Muhammad Kurnia R. Gobel, Olga Cindi Rahayu, dan Siti Faradila S. Saud. Nama “Noeda” sendiri diambil dari bahasa Kaili Ledo yang berarti “menari”, sebuah istilah yang kini nyaris dilupakan dan telah bergeser menjadi “Nojoge” yang atinya Berjoget.
Menurut Mohammad Annas, pemilihan nama "Noeda" adalah hasil dari proses pencarian yang cukup panjang.
“Awalnya kami ingin memberi nama Notaranende. Tapi karena sulit diingat dan diucapkan, kami mencari nama yang lebih ringan. Lalu, dari seorang kawan, Juli Idin Lanja, muncul istilah Noeda yang ternyata adalah istilah lama dalam bahasa Kaili rumpun Ledo untuk menari. Nama itu langsung terasa pas, karena mudah diingat dan punya akar sejarah,” jelas Annas.
Visi, Misi, dan Program Sanggar Tari Noeda
Sanggar Tari Noeda hadir dengan visi yang kuat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya lokal melalui gerak tubuh dalam seni tari. Tiga pilar utama yang menjadi dasar visi sanggar ini adalah: membuka kelas tari berbasis tradisi, membentuk generasi muda agar mencintai budayanya sendiri, serta mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal melalui eksplorasi gerak tubuh dalam kesenian tari. Visi ini tidak hanya menjadi arah gerak komunitas, tetapi juga menjadi komitmen kolektif para pendirinya untuk menjaga keberlanjutan budaya Sulawesi Tengah di tengah tantangan zaman.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Sanggar Tari Noeda mengusung misi yang berfokus pada generasi muda. Mereka secara aktif mengajak anak-anak muda yang memiliki minat dan bakat dalam seni tari untuk bergabung dan belajar bersama. Selain itu, sanggar ini juga memberikan pemahaman mendalam mengenai konsep tubuh tradisi dalam seni pertunjukan, sekaligus mendorong eksplorasi kreatif yang tetap berakar pada nilai-nilai lokal. Misi lainnya adalah menjadikan seni tari sebagai media kampanye budaya dan tradisi masyarakat Sulawesi Tengah melalui kemasan pertunjukan yang modern namun tetap otentik secara identitas.
Secara bertahap, Sanggar Noeda merancang berbagai program jangka pendek dan panjang. Dalam jangka pendek, mereka fokus pada mengajak lebih banyak generasi muda untuk mencintai seni tari, menciptakan karya-karya tari baru, serta membangun kolaborasi dengan kelompok-kelompok seni lainnya. Sementara itu, dalam jangka panjang, sanggar ini bercita-cita mendirikan sekolah tari, menyelenggarakan festival tari berskala besar, memperkenalkan tari tradisi Sulawesi Tengah ke kancah nasional bahkan internasional melalui berbagai event, serta melakukan riset mendalam terkait tubuh tradisi sebagai basis penciptaan artistik.
Saat ini, jumlah anggota aktif Sanggar Noeda telah mencapai lebih dari 20 orang, yang terdiri dari penari muda dan penggiat seni dari berbagai latar belakang. Sanggar ini memiliki dua sekretariat utama yang menjadi pusat kegiatan dan latihan, yaitu di Desa Beka, Kecamatan Marawola, dan Kelurahan Balaroa, Kota Palu. Kehadiran dua lokasi ini menjadi bentuk keterjangkauan komunitas terhadap basis masyarakat yang lebih luas, baik di wilayah pinggiran maupun perkotaan.
Rekam Jejak Penampilan, Kolaborasi, dan Penghargaan
Sejak awal berdirinya pada Oktober 2023, Sanggar Tari Noeda telah menunjukkan eksistensinya melalui berbagai penampilan dan kolaborasi seni di sejumlah agenda budaya penting. Mereka tercatat sebagai penampil dalam Festival Topo Doka Palupi 2023, Festival Tari Polelea Sigi 2023, Pesta Rakyat Balaroa 2023 dan 2025, serta Sulteng Expo 2023.
Tidak hanya itu, Noeda juga turut serta dalam kegiatan sosial seperti Penggalangan Dana untuk Maestro Kecapi 2024, serta tampil pada Festival Tari Pra Parade Tari yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Sulawesi Tengah. Di tahun 2024, mereka menjadi bagian dari perayaan Satu Dekade Kepemimpinan Irwan Lapatta.
Pada tahun 2025, kiprah mereka semakin luas dengan berpartisipasi dalam Hari Bumi Dunia, Kampung Baru Fair, Opening Ceremony HUT Semarak Sulteng Nambaso bersama kelompok Salibow, serta kolaborasi dengan komunitas Kereta Pekerti dalam berbagai agenda, termasuk Expo Semarak Sulteng Nambaso 2025.
Selain aktif dalam berbagai event, Sanggar Tari Noeda juga menorehkan prestasi yang membanggakan. Mereka berhasil meraih Juara 2 dalam Lomba Tari Islami pada HUT Sulawesi Tengah 2023, serta Juara 3 dalam Festival Tari 2024 yang diselenggarakan oleh komunitas pegiat tari di Palu. Meskipun nama kegiatan tersebut belum terdokumentasi secara resmi, pencapaian ini menjadi penanda bahwa karya dan dedikasi Sanggar Noeda telah mendapatkan apresiasi dari masyarakat dan komunitas seni.
Dengan semangat kolaboratif dan upaya berkelanjutan dalam melestarikan tubuh tradisi, Sanggar Tari Noeda telah menjelma menjadi salah satu komunitas seni yang patut diperhitungkan dalam lanskap kebudayaan Sulawesi Tengah masa kini.
Penulis: Azwar Anas
Posting Komentar