LMK Musik Tradisi Nusantara Edukasi Masyarakat di Danau Tertinggi Sulteng



MEDIA KAILI – Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) Cita Nusa Swara (CSN) mendapat sambutan positif dari pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kegiatan edukasi yang mereka laksanakan bertepatan dengan momen Festival Danau Lindu, salah satu destinasi andalan daerah yang dikenal tanpa aktivitas pertambangan.


Selama tiga hari, pada 3 hingga 5 Juli 2025, kegiatan edukasi berlangsung di Desa Anca, Kecamatan Lindu sebuah kawasan dataran tinggi di ketinggian sekitar 700 mdpl yang terletak di tepian Danau Lindu. Kegiatan ini dihadiri oleh para pelaku seni tradisi, budayawan, dan masyarakat setempat yang datang dengan atribut budaya masing-masing.


Ketua LMK CSN, Djamal Gentayangan, dalam materinya menekankan pentingnya merawat dan melestarikan budaya, khususnya musik tradisional. Ia menjelaskan bahwa musik tradisi bukan hanya warisan budaya, tetapi juga bisa menjadi sumber kesejahteraan seniman, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.


“Musik tradisi bisa direkam dan diputar di ruang-ruang publik seperti bandara, pelabuhan, hotel, restoran, hingga supermarket. Jika terdaftar resmi di LMK, para pencipta lagu, musisi, serta produser berhak mendapatkan royalti dari pemutaran tersebut,” jelas Djamal.


Ia menambahkan bahwa pihaknya mendorong distribusi musik tradisi melalui platform digital. Hal ini membuka peluang pendapatan yang sah bagi para seniman melalui sistem kolektif yang transparan dan terdaftar.


Dalam kegiatan tersebut, Dr. Andi Chairunas, S.Kom., M.Pd., yang juga Wakil Rektor Universitas Pakuan Bogor, hadir sebagai narasumber bidang digitalisasi karya tradisi. Ia menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) menjadi peluang besar untuk mengemas seni tradisi ke dalam format modern yang dapat diterima pasar global.


"Di era AI, semua menjadi lebih mudah. Ini kesempatan kita menempatkan musik tradisi sebagai semangat baru menuju era digital," ujar Andi.


Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan ini melebihi ekspektasi. Awalnya ditargetkan 50 orang, namun yang hadir mencapai lebih dari 100 orang. Salah satu peserta, Dr. Andi Imrah Dewi, S.Sn., praktisi pendidikan dari Universitas Tadulako, menyatakan pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan pelaku seni tradisi.


“Program seperti ini perlu dijadikan bahan ajar bagi guru-guru di daerah. Bahkan, kampus kami perlu mengagendakan riset dan kolaborasi agar kekayaan tradisi di Sigi dan Sulawesi Tengah dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa,” ujarnya.


Mewakili Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Sigi, Kepala Bidang Mohamadin menyatakan bahwa penundaan jadwal Festival Danau Lindu menjadi 18–21 Juli 2025 justru memberi ruang fokus untuk pelaksanaan edukasi LMK.


“Kami melihat hikmah dari penundaan ini. Kegiatan edukasi LMK bisa berlangsung dengan maksimal. Ke depan, kami berharap LMK terus berkoordinasi dengan Dewan Kesenian Sigi dan Pemda untuk mendukung program budaya dan mendorong Festival Danau Lindu menuju panggung internasional,” ungkap Mohamadin.


Menambah semarak kegiatan, musisi nasional Alex Malmstén yang dikenal sebagai gitaris turut hadir sebagai narasumber dan berbagi pengalaman terkait potensi industri musik tradisi di era digital. 





Penulis: Smith Lalove

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

Lebih baru Lebih lama